Sumpahku Dalam 10 Menit

Sejak melihatmu, aku sudah mengagumimu
meskipun hanya 60 detik, itu sudah cukup bagiku
tubuh tinggi menjulang, ditopang kaki yang kokoh,
kau berdiri tegap, hmmm...... layaknya prajurit yang sedang apel bendera

saat melihat wajahmu
kekaguman ini semakin bertambah
wajah tampan, dengan segala lekukan yang sempurna
mata besar, diiringi dengan barisan bulu mata yang lentik
rahang kuat, garis pipi yang menonjol
tarikan tipis di ujung bibir, seolah-olah kau selalu tersenyum
tipe-tipe makhluk yang tidak obral diri

saat beradu pandang
kekaguman semakin membuncah
amboi..... betapa menakjubkan makhluk ini
seolah tidak ada makhluk lain, selain dirimu
tak jemu memandang dirimu, wajahmu dan matamu
kerlingan pertama
kerlingan kedua.... kerlingan ke.....
eh.... eh... ada apa dengan matamu?
mengapa kulihat kaca-kaca air di situ?
apakah kau menahan sakit?
apakah kau tidak suka dengan pertemuan ini?
apakah kau sedih?
apakah... apakah......sejuta apakah muncul di pikiran
seketika itu juga sejuta hipotesa menawarkan jawaban

ku hanya mampu memandangmu
ku tak mampu mendekat, apalagi menyentuhmu
karena kita berbeda ruang dan waktu
sekali lagi, ku hanya mampu memandangmu
sambil menunggu detik-detik datangnya sang waktu
56... 57... 58... 59... 60...
saatnya tlah tiba
kita harus meninggalkan perempatan jalan
di tempat inilah kita bersua
dan di tempat inilah kita melanjutkan perjalanan

selintas kulihat matamu
menerawang jauh, seolah-olah kau sudah tahu akhir hidupmu
duh..... sakit rasanya
kurasakan golok itu juga menebas leherku
melepaskan ikatan-ikatan syaraf yang menunjang nadi hidupku
mengeluarkan semua darah yang beranak pinak tubuhku
memberontak ........menahan sakit,
menggelepar.... mencari nafas yang sudah tidak sampai ke jantung
tertunduk lemas.... tidak berdaya, dan .............
ku bersumpah ........
"tidak akan makan bangsamu dan keturunanmu, wahai sapi"




No comments:

Post a Comment