Catatan 6-01-10_Bagian 2

Apa yang harus saya lakukan?
Ujian jam pertama telah berlangsung 40 menit yang lalu. Ada dua mahasiswa yang telah menyelesaikan tugasnya. Tiba-tiba.... terdengar ketokan di pintu kelas. Dalam hitungan detik, pintu kelas terbuka, terdengar ucapan salam "Assalamu'alaikum", masuklah dua mahasiswa. Mereka langsung mendekati meja soal dan lembar jawaban. Tanpa melihat pengawas (saya), dan tanpa permisi, dengan nafas tersengal-sengal, mereka langsung mengambil soal dan lembar jawaban, kemudian menuju tempat duduk yang telah disediakan.

Mahasiswa putri duduk di depanku. Tanpa merasa bersalah, dia tersenyum kecil melihatku, dan langsung mengerjakan soal ujian. Mahasiswa putra duduk agak jauh di hadapanku. Tapi sempat ku mendengar dia bertanya kepada temannya "Wis absen?". Temannya menjawab "Uwis".

Apa yang akan saya lakukan saat mereka mengumpulkan hasil ujian? Akan kuterima hasil ujian mereka? Tentu saja... tapi dengan berbagai macam kondisi. Saat itu juga muncul skenario untuk "mengadili" mereka. Tujuannya hanya satu, yaitu membuat mereka menyadari kesalahan dan tidak akan melakukan hal yang sama. Setelah bercanda dengan pikiran membuat skenario, maka muncul dua alternatif pengadilan, yaitu :
Pandangan Mata
Saya akan melihat mereka, tanpa berkata apapun atau memberikan kode apapun. Saya hanya ingin mereka menyadari bahwa pandangan mata ini memiliki arti pandangan mata tidak setuju dengan perilaku mereka. Mereka akan menyadari kesalahan mereka, yaitu tidak ijin saat terlambat. Kedua, mereka tidak ijin untuk mengambil soal. Setelah mereka menyadari kesalahan, mereka akan minta maaf.
Tetapi, sepertinya pandangan mata seperti itu tidak akan berhasil. Jadi lebih baik menjalankan skenario kedua, yaitu :

Tanya Jawab
Pertanyaan ini akan saya terapkan saat mahasiswa mengumpulkan hasil ujian.
A : tadi saudara ikut ujian?
M : ya...
A : lho.. mana buktinya
M : ini (mereka akan menunjukkan hasil pekerjaanny)
A : lho.. ini soal apa?
M : ini soal ujian hari ini, bu
A : memang ini soal ujian dari siapa?
M : ini soal ujian saya ambil dari meja sini, bu
A : memangnya soal ujian saudara sama dengan soal ujian teman saudara?
M : iya
A : tahunya dari mana, jika soalnya sama?
M : karena saya mengambil soal dari meja sini, bu
A : oooo... kalau soal diambil sini adalah soal untuk hari ini?
A : seingat saya, soal ujiannya bukan itu, kan saudara terlambat, tahu dari mana jika soalnya sama?
nah... di sini mereka mulai bingung
A : saya bisa saja menganggap saudara tidak ikut ujian, karena saudara juga belum mengisi daftar hadir
saya bisa saja menganggap saudara tidak ikut ujian, karena saudara terlambat lebih dari 15 menit
sekarang, saya harus melakukan apa?

Untunglah, mahasiswanya cepat tanggap, mereka langsung minta maaf, meskipun awalnya agak senewen juga. Mengapa? Mereka merasa telah minta ijin untuk terlambat mengikuti ujian jam kedua karena mereka harus menyelesaikan tugas. Masalahnya adalah mereka ijin pada pengawas jam pertama, mereka lupa jika pengawasnya bisa berbeda disetiap kali ujian. Hmmm.... mahasiswa....

Mungkin hal ini bisa dijadika pembelajaran buat mahasiswa yang lain, bahwa :
Minta Ijin
Setiap ruang ujian pasti dijaga oleh pengawas. Setiap pengawas akan bekerja sesuai dengan aturan yang berlaku. Jika mahasiswa tidak bisa mengikuti aturan yang berlaku karena suatu sebab, sebaiknya minta ijin pada pangawas. Minta Maaf
Minta maaf kepada pengawas karena tidak bisa mengikuti aturan, atau melanggar aturan. Mengatur Waktu
Jangan mengatas namakan keterlambatan karena tugas yang lain. Semua masalah bisa diatur dengan menajemen waktu.

Kadang-kadang saya sendiri tidak yakin dengan diri sendiri. Terlalu kuat memegang teguh aturan akan menghantamkan diri sendiri di tengah kencangnya angin gunung. Saya merasa menjadi tameng untuk orang lain yang berdiri atau bersembunyi di balik aturan. Aturan abu-abu, jika ada yang melanggar aturan dibuat permakluman. Rasionalisasi, istilah Freud.

No comments:

Post a Comment