Catatan 6-01-10_Part 1

Apa yang kualami saat ini? Terpaksa aku melakukan sedikit “kekerasan” pada mahasiswa. Apa itu “kekerasan” pada mahasiwa? Stop!! Jangan bertanya definisinya, tapi pahami dulu apa maksudnya.


Berdasarkan dari pengalaman tidak langsung alias pengalaman dari teman-teman sejawat, yang sudah melakukan tugasnya, bahwa mereka merasa sedikit kewalahan menakhlukkan kebiasaan kerjasama antar mahasiswa saat ujian.


Mari kita lihat usaha mereka :
Mencatat nama-nama mahasiswa yang bekerja sama di berita acara
Mencatat nama-nama mahasiswa, dan menempelkannya di papan, sehingga teman-teman yang lain dapat
melihatnya, mungkin sebagai shock terapy
Memindah tempat duduk mahasiswa yang “doyan” kerjasama, alias meminimalisasi kesempatan untuk bekerja sama
Mengancam mahasiswa, bahwa mereka akan dikeluarkan dari ruang ujian jika bekerja sama
Mengancam mahasiswa, bahwa hasil pekerjaan mereka tidak diakui


Berhasilkah usaha mereka? Mmmm…. ternyata tidak semua berjalan sesuai keinginan. Niatan mahasiswa untuk bekerja sama masih menyala dan berkobar.
Dasar makhluk sosial!!!

Dasar konformitas tinggi!!!
Dasar tidak percaya diri!!!


What should I do?
Sebenarnya saya menginginkan suasana yang nyaman untuk ujian. Tidak ada ketegangan, tidak ada suasana yang menakutkan, sehingga mahasiswa dapat mengerjakan ujian dengan lancar tanpa tekanan. Saya ingin mahasiswa merasa bahwa ujian akhir semester adalah salah satu ajang pembuktian diri bahwa mereka berhasil menguasai materi.
Di sisi lain, berdasarkan pengalaman langsung maupun tidak langsung, dapat dipastikan bahwa mahasiswa akan memuaskan libido sosial worknya alias kerjasama saat ujian jika suasana di atas diterapkan.

Hufff…. saya berada di avoidance-avoidance conflict… eh bukan dink double approach avoidance conflict. Setiap alternatif memiliki efek positif dan negatif. Mari kita bahas…..


Pertama.

Jika suasana nyaman saat ujian diterapkan, maka mahasiswa dapat berpikir tenang. Dalam hal ini, suasana nyaman terjadi jika pengawas ujiannya memiliki pribadi “lunak”. Mereka tidak akan mengancam mahasiswa, mereka hanya memperingatkan mahasiswa jika melakukan kesalahan. Sisi negatifnya adalah mereka akan leluasa bekerja sama. Bukan karena buruk sangka pada mahasiswa, tetapi kenyataan seperti itu. Jika pengawasnya lemah, maka mahasiswa akan memanfaatkan kelemahan ini untuk bekerja sama.
Kedua.

Jika suasana “adil” diterapkan, dipastikan mahasiswa tidak dapat bekerja sama. Pengawas akan pegang kendali untuk menerapkan aturan. Di sisi negatifnya, adalah mahasiswa akan merasa tegang sehingga tidak bisa berpikir leluasa. Akibatnya mereka tidak bisa mengerjakan ujian dengan baik.
Benar-benar pilihan yang tidak menyenangkan.


Hari ini, saya mencoba cara “sedikit” baru, yaitu :
1. Sifat ujian adalah open book
Mengapa open book? Alasannya adalah :
Tataran comprehension, bukan knowledge
Menurut taxonomy Bloom bahwa tataran berpikir mahasiswa berada di tataran comprehension ke atas, bukan knowledge. Artinya mereka sudah meninggalkan konsep berpikir hafal atau ingat atau memory, tetapi sudah mulai memahami pengetahuan mereka. Mereka sudah mampu menjelaskan pengetahuan mereka dengan menggunakan bahasa mereka sendiri, bukan bahasa ahli, bahasa buku atau bahasa dosen. Plek jumblek (kalau ini istilah saya sendiri, he…he….).
Mengurangi keinginan untuk “open book”
Maksudnya adalah cheating, menjiplak atau nggrepek. Jika mereka sudah diberi kesempatan untuk open book,maka tidak ada keinginan untuk “open book” saat ujian.


2. Mensosialisaikan aturan sebelum ujian dimulai
Ini adalah aturan yang saya terapkan sebelum ujian berlangsung, yaitu :
Ujian hari ini bersifat open book, jadi saudara diperkenankan untuk membuka buku catatan, buku teks atau buku diktat.
Karena ujian hari ini bersifat open book, maka saudara tidak diperkenankan untuk bekerja sama dalam bentuk apapun, baik meminjam alat tulis, catatan, buku atau kertas kerja.
Jika terbukti, saudara melakukan kerja sama (dalam bentuk apapun), maka hasil ujian saudara akan ditarik, dan saudara dianggap gugur alias saudara tidak diakui mengikuti ujian.
Apakah aturan ini bisa dimengerti?


Catatan ini kubuat saat menjaga ujian mata kuliah Teori Belajar. Alhamdulillah, sampai menit-menit terakhir tidak ada mahasiswa yang bekerja sama. Nah, catatan ini bisa diterapkan saat menjaga ujian. Selamat mencoba.

No comments:

Post a Comment